Tjokroaminoto (Tjokro) yang lahir dari bangsawan Jawa dengan latar belakang Islam yang kuat, tidak mengatakan apa-apa untuk melihat kondisi orang-orang miskin dan ketidaksetaraan sosial awal setelah Kebijakan Budidaya dan etika sekitar tahun 1900. Dia berani meninggalkan status bangsawan dan bekerja sebagai buruh pelabuhan. Tjokro berjuang untuk membangun sebuah organisasi SI, organisasi resmi bumiputera pertama yang terbesar, yang memiliki hingga dua juta anggota. Dia berjuang untuk menyamakan hak dan martabat komunitas Bumiputera yang dijajah. Perjuangan ini menjadi awal dari karakter dan gerakan nasional. Tjokro adalah para intelektual, siasat cerdik, memiliki banyak keahlian, termasuk juara seni bela diri, insinyur dan hukum, penulis surat kabar kritis, orator yang mampu memikat ribuan orang, membuat pemerintah Belanda prihatin, dan bertindak untuk menghambat laju gerak SI. Perjuangan Tjokro melalui organisasi SI juga terancam oleh perpecahan organisasi itu sendiri.